BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam arti luas, manusia merupakan makhluk
ciptaan tuhan yang memiliki kekurangan kelebihan. Islam menegaskan bahwa
manusia itu pada dasarnya baik. Pelihara saja dasar itu, tidak usah ditambahi
dan dikurangi. Meminjam istilah Dante Alegieri dalam bukunya Divina Comedia,
menurut Islam manusia itu dilahirkan dalam fitrah yang suci. Sehingga seorang bayi,
hidup dalam alam paradiso (kalau mati dalam Islam dianggap langsung masuk ke
surga).
Bayi yang
tumbuh pelan-pelan menjadi dewasa ini lalu tergoda, karena tarikan kehidupan
dunia, sehingga sedikit demi sedikit ia masuk ke alam inferno: “neraka dunia”
(metafor untuk mereka yang menjauhi diri dari suara hatinya yang suci). Karena
dosa hatinya pun menjadi kotor. Kemudian dalam suatu keadaan yang disebut
penyucian, seorang manusia dilatih kembali untuk lepas dari inferno-nya, dari
neraka dirinya. Inilah proses ke alam purgatorio, alam pembersihan diri, dimana
dari sini akan terbuka kembali alam kefitrahannya, yang pada dasarnya setiap
manusia dilahirkan dalam kefitrahan ini.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana
bayi manusia lahir tanpa kemampuan ?
1.2.2
Bagaimana peran orang tua untuk perkembangan anaknya ?
1.2.3
Bagaimana cara berfikir pada anak ?
1.2.4
Bagaimana
perbedaan pencapaian taraf perkembangan kecerdasan ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Agar
mahasiswa dapat memahami bagaimana
bayi manusia lahir tanpa kemampuan.
1.3.2
Agar
mahasiswa dapat peran sebagai orang
tua penting untuk perkembangan anak
1.3.3
Agar
mahasiswa dapat mengetahui cara-cara
berfikir pada anak
1.3.4
Agar manusia
dapat mengetahui perbedaan pencapaian taraf perkembangan kecerdasan pada anak.
1.4
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat
diambil dari pembuatan makalah ini adalah :.
1.4.1
Agar
mahasiswa dapat mengetahui bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
1.4.2
Agar
mahasiswa dapat lebih mengerti akan
kehidupan yang akan dijalani.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bayi
Manusia Lahir Tanpa Kemampuan
Seluruh bayi yang
lahir ke dunia ini tidak membawa apapun. Bayi lahir tanpa benang selembarpun,
tanpa pakaian. Tak bisa berbuat banyak, selain menangis dan menggerakkan
anggota tubuhnya dengan penuh kelemahan. Bayi lahir penuh ketidak berdayaan.
Tak memiliki kaki yang kuat untuk segera melangkah dan berlari serta tak pula
punya tangan yang cukup kuat untuk mengangkat benda.
Bayi
lahir dengan kesederhanaan nafsu dan kesahajaan keinginan. Tak ada ambisi untuk
memiliki uang banyak, tak ada ambisi untuk meraih jabatan apapun dan tak ada
keinginan untuk tampil mewah. Bayi tak bisa sombong, karena ia dilahirkan tanpa
kemampuan untuk bertindak sombong dan tak ada yang bisa di sombongkan.
Bayi dilahirkan
tanpa membawa apa-apa, dan ia pun akan kembali kepada Sang Maha Pencipta tanpa
membawa apa apa juga. Jadi buat apa kita sombong terhadap apa yang sudah kita
raih. Harta yang banyakkah yang kita sombongkan ? kekuasaan yang tinggikah yang
membuat hati kita tinggi ? semua ini asalnya tidak ada. Hanya sebab izin Allah saja
semua hal bisa terjadi. Kematian akan memisahkan kita semua dari apapun yang
ada di bumi ini. Kita akan kembali dengan kesederhanaan sebagimana kita
dilahirkan.
Bayi
yang baru lahir terlihat seperti mahluk lemah yang tidak berdaya namun di balik
itu ternyata bayi memiliki kemampuan yang tidak di miliki oleh orang dewasa
pada umumnya.
- Cepat belajar
Hampir
setiap hal yang dialami bayi akan diingat secara permanen dengan cara membentuk
sinaps atau sambungan antar sel otak. Pada saat bayi berusia 3 tahun, telah
terbentuk sekitar 1.000 triliun sambungan di otaknya atau 2 kali lebih banyak
dibandingkan yang dimiliki orang dewasa.
2.
Lebih dapat memahami mekanika
kuantum
Mekanika
kuantum atau hukum aneh yang mengatur pergerakan partikel
dasar sangatlah membingungkan. Pengalaman mengenai realitas yang ditemui
sehari-hari membuat manusia sulit memahami mekanika kuantum. Namun bayi yang baru lahir belum terbiasa dengan realitas apapun,
dan dengan demikian merupakan satu-satunya makhluk hidup yang dapat secara
intuitif memahami mekanika kuantum.
Sampai
usia 3 bulan atau lebih, bayi tidak memiliki pemahaman bahwa benda hanya bisa
berada di satu tempat pada satu waktu. Sebelum usia itu, eksperimen dan
permainan seperti 'Ciluk Ba' menunjukkan bahwa bayi berpikir objek yang
tersembunyi bisa ada di mana saja. Hal ini merupakan petunjuk mengenai intuisi bayi
dalam memahami mekanika.
3.
Mengenali irama
Semua bayi
dilahirkan memiliki sensasi untuk merasakan irama. Hal ini ditunjukkan oleh
penelitian tahun 2009 di mana tim peneliti di Eropa memainkan drum secara berirama kepada bayi berusia 2 - 3 hari.
Iramanya sesekali berdetak kencang, kemudian beberapa kali memainkan irama yang
mengganggu dan pada suatu waktu berhenti.
Elektroda
yang menempel pada kulit kepala bayi mengungkapkan bahwa otak bayi merespons
irama ini. Hal ini mengindikasikan bahwa harapannya untuk mendengar irama
terganggu dan bisa merasakan irama secara tajam.
Para
peneliti berpendapat, mungkin detak jantung ibu mengajarkan irama kepada bayi
sewaktu di dalam kandungan. Para ilmuwan kemudian beranggapan bahwa bayi dapat
mempelajari makna perkataan orangtua serta mempelajari bahasa hanya dari
iramanya saja.
4.
Menjadi lucu
Bayi menjadi
lucu bukan tanpa alasan. Semua bayi dilahirkan lucu untuk menggugah insting
melindungi dari orang dewasa. Dalam penelitian yang dipublikasikan tahun 2011
lalu, tim psikolog dari Cina dan Kanada menemukan
bahwa bayi dinilai lebih imut dan lucu dibanding anak-anak. Tingkat kelucuan
ini akan turun saat bayi menginjak usia 4 tahun. Pada bayi, penampilan yang
lucu ini benar-benar masalah hidup dan mati.
2.2 Anak Perlu Bantuan Orang Tua Untuk Berkembang
Anak-anak
pada dasarnya rentan akan segala yang terjadi di sekitar mereka, karena itu
sedapat mungkin selalu menjaga anak Anda dalam lingkungan yang aman. Pembinaan
yang baik dari orang tua sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Tumbuh
kembang anak terdiri dari beberapa tahap, dan harus selalu diingat bahwa
masing-masing anak mengalami tingkat perkembangan yang berbeda-beda untuk
setiap tahapnya. Salah satu kebahagiaan terbesar menjadi orang tua adalah
mempunyai kesempatan menyaksikan anak-anaknya tumbuh. Menyaksikan anak-anak
tumbuh itu menyenangkan, tapi kadang-kadang juga mengkhawatirkan.
Kasih
sayang ibu dan perhatian dari ayah akan menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang baik. Berikut adalah beberapa poin yang akan membantu
Anda dalam meningkatkan tumbuh kembang anak Anda, Peran
kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian seseorang :
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak
mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka saat mereka terkena
masalah di dalam atau di luar kehidupan atau lingkungan keluarga, mereka bisa
mengatasinya dengan baik karena ada dukungan kasih sayang dan cinta dari kedua
orangtuanya.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Hal ini dapat membantu anak menjadi lebih kreatif
dan berfikir secara dewasa, logis dan bijaksana. Karena lingkungan berdampak
besar terhadap siklus perkembangan anak.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan
anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan
negatif berkaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan
kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus
menjaga hak-hak mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua
orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap
anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena
hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap.
Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah
untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka
percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain
mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.
5.
Mengadakan perkumpulan dan
rapat keluarga. Hal ini dimaksudkan agar ada keterkaitan atau hubungan lebih khusus
antara orangtua dan anak. Momen ini juga bisa di gunakan untuk saling tanya
jawab, bercerita tentang masalah atau kejadian yang menarik bagi diri anak
maupun orangtua. Seperti sesi curhat. Hal ini juga bisa lebih mendekatkan
hubungan orangtua dan anak. Psikis yang di terima oleh anak pun menjadi bagus dari pada tidak
mengadakan perkumpulan keluarga sama sekali.
2.3
Cara berfikir pada anak
Anak memiliki cara berfikir yang
berbeda-beda, dari perbedaan itu memiliki beberapa tahap perkembangan berfikir
pada anak antara lain :
- Periode
I: Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik
mereka seperti menghisap, menggenggam, dan memukul untuk menghadapi dunia yang
dihadapi di depannya. Tahap pertama ini memiliki karakteristik ketiadaan bahasa. Pada akhir tahap ini, anak mengembangkan konsep
object permanence.
- Periode
II:Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Anak-anak belajar berfikir
menggunakan simbol-simbol, dan pencitraan batiniah. namun pikiran mereka masih
tidak sistematis dan tidak logis. pikiran di titik ini sangat berbeda dengan
pikiran orang dewasa. Tahap praoperasional dapat dibagi dalam dua sub tahap : sub tahap fungsi simbolis dan sub tahap pemikiran intuitif.
a.
Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function
subtage)
Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic
function subtage) ialah subtahap pertama pemikiran praoperasional yang terjadi
kira-kira pada usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan
kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan
untuk berfikir secara simbolis semacam itu disebut “fungsi simbolik” dan
kemampuan itu mengambangkan secara cepat dunia mental anak. Anak-anak kecil
menggunakan disain coret-coret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan,
dan lain-lain.
b.
Subtahap Pemikiran Intuitif (intuitive thought
subtage\
Subtahap Pemikiran Intuitif adalah
subtahap kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4
dan 7 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive
dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertayaan. Piaget menyebut periode
waktu ini sebagai “intuitif” karena anak-anak usia muda tampaknya begitu yakin
tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana
mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Maksudnya mereka mengetahui sesuatu
tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. suatu contoh
kemampuan penalaran anak-anak kecil ialah kesulitan menaruh benda-benda ke
dalam kategori- kategori yang tepat. Misalnya ketika dihadapkan pada sekumpulan
objek acak yang dapat dikelompokkan bersama atas dasar dua atau lebih sifat,
anak-anak praoperasional jarang dapat menggunakan sifat ini secara konsisten
untuk menyortir objek kedalam kelompok-kelompok yang tepat.
3. Periode
III:Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak-anak mengembangkan kemampuan
berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek
atau aktivitas konkret. Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil. Proses pemikiran diarahkan kepada
kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat melakukan operasi problem yang
agak komplek selama problem itu konkret dan tidak abstrak.
4. Tahap
Operasional Formal (11- Dewasa tahun)
Pada tahap ini anak-anak sudah dapat
menghadapi situasi hipotetikal dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung
pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran anak sudah semakin logis dan canggih,
sehingga mereka dapat belajar menangani problem-problem yang ada.
2.4
Perbedaan Pencapaian taraf
perkembangan kecerdasan
Beberapa perbedaan pencapaian taraf perkembangan
kecerdasan adalah :
1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang
berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang
memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek.
Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya
terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik
untuk menjadi miliknya.
2. Perbedaan Kecakapan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu
yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa
berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk
menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh
makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta
faktor fisik (organ bicara).
3. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaan latar belakang dapat memperlancar atau menghambat
prestasinya.
4.
Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus
yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila
mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak
berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang,
dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
5.
Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural,
amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang
sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima
pengaruh dari luar yang lebih luas.
6.
Perbedaan Tingkat Pencapaian
Salah satu bentuk nyata untuk
melihat perbedaan anak adalah dengan memeriksa hasil pencapaian dalam tes
matematika standar. Tingkat pencapaian anak merupakan suatu fungsi yang
menunjukkan nilai belajar anak. Murid dalam posisi puncak di suatu kelompok
biasanya mampu belajar matematika dengan cepat, sementara murid dengan posisi
terendah di dalam kelas biasanya merupakan pebelajar yang lambat. Pada posisi
tengah-tengah, sekitar 50 persen diantaranya memiliki kemampuan yang merata
dalam pencapaian matematika.
7.
Perbedaaan Lingkungan Keluarga
Anak-anak berasal dari berbagai
lingkungan keluarga. Anak dari keluarga berada dengan pendidikan yang memadai
biasanya datang ke sekolah dengan latar belakang berbagai pengalaman lebih
cenderung menjadi pebelajar yang cepat. Sebaliknya, anak yang berasal dari
keluarga kurang mampu dan dengan latar belakang orang tua tanpa pendidikan
cenderung menjadi pebelajar yang lambat.
Lingkungan keluarga selalu memberikan pengaruh terhadap sikap anak dalam
menghargai matematika. Penelitian menujukkan adanya korelasi positif antara
sikap anak terhadap matematika dengan sikap
orang tua terhadap mata pelajaran ini.
8.
Latar Belakang Budaya dan Etnis
Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi
latar belakang budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya
yang satu dengan budaya yang lainnya, layaknya anak-anak tertarik dan menilai
pencapaiannya dalam suatu pendidikan.
9.
Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan mempengaruhi prestasi dalam
bidang akademik. Anak-anak yang memperoleh hasil yang selalu efektif, penuh
arti, sebagai contoh program matematika yang dianjurkan, cenderung berada di atas rata-rata dan menjadi
pebelajar yang cepat. Murid yang memiliki sedikit pengalaman, seringnya
mengikuti metode dri tanpa akhir untuk belajar teknik menghitung dan
menghapalkan operasi dasar matematika biasanya mengalami kesulitan dalam
memahami matematika dasar tahap
lanjut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil diskusi
dan perembukan dari kelompok kami dapat disimpulkan bahwa setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini
memiliki perbedaan-perbedaan. Banyak keragaman sehingganya ada anak yang
memiliki kelebihan dan ada pula kekurangan.
3.2 Saran
Setiap
manusia memiliki kesadaran bahwa walaupun kita memiliki perbedaan dalam
kehidupan. Kita harus menghargai kehidupan orang lain. Karena setiap individu
yang diciptakan oleh maha pencipta itu berbeda.
Daftar pustaka
Alkaz, Mooza. 2010. Tingkat Kecerdasan anak. http://mooza- alkaz.blogspot.com/2012/03/makalah-tingkat-kecerdasan-individu.html.com. Diakses tanggal 22 Maret 2014
Sari, Novita. 2013. Apa yang di bawa
bayi lahir. http:// id.facebook.com/notes/dyah- nosita-sari/apa-yang-di-bawa-bayi-lahir-. com Diakses tanggal 22 Maret 2014
Yanti, Abudi.
2012. Peran orang tua terhadap
perkembangan anak. http://www.ibudanbalita.com/
Orang-Tua Memegang-Peranan-Penting-dalam-Tumbuh-Kembang-Anak. com. Diakses tanggal 22 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar